Termasuk kepalaku yang akhir-akhir ini selalu penuh.
Semua suara dalam kepalaku diam, sama halnya ketika orang sudah letih berbicara, mengeluh.
Dan bosan hidup dalam sebuah drama.
Andai semuanya bisa ku tulis,
Andai semua kejenuhan ini bisa terobati.
Tapi rindu membuatnya semakin runyam.
Seakan dirinya adalah hal yang sangat mendesak.
Aku ingin berjuang sekali lagi,
Untuk menuju tempat tertinggi.
Alih-alih menghibur kepalaku sesaat,
Yang kubutuhkan hanyalah sebuah rumah untuk pulang,
Pelukan untuk bersandar.
Dan beringin, untuk tempat bercerita.
Ada satu lagi keinginan dari semua keinginan,
Menulis kisah seseorang yang tetap hidup,
Meski dalam hati dan harinya redup.
Mengeja luka dan langkah,
Memilah semangat dan putus asa,
Seseorang yang hidup dengan kepalanya.
Seseorang yang berjalan sembari melukis,
Meski tahu lukisannya selalu layu.
Tapi tetap mencari celah diantara lelah.
Untuk menjawab malam yang selalu gelap,
Seseorang itu sedang menepi dalam tulisan ini,
Tangannya menopang dagu, agar kepalanya tetap terjaga.
Tegap. Dan berani menatap kenyataan.
Dan untuk seseorang yang sedang bertahan hidup dalam kepalaku,
Tetaplah disitu,
Semuanya akan baik-baik saja.
Mungkin itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar